Zat warna Reaktif Panans merupakan zat warna yang dapat larut di dalam air dan berikatan dengan selulosa melalui ikatan kovalen sehingga tahan luntur warna hasil celupannya baik. Contoh strukturnya adalah jenis monokloro triazin (MCT).
Beberapa contoh zat warna reaktif panas antara lain Procion H, Drimarene X, Sumifix, Remazol, Sumifix Supra dan Drimarene Cl. Zat Warna Procion H dan Drimarene X yang masing - masing mempunyai sistem reaktif triazin dan pirimidin termasuk zat warna reaktif yang bereaksi dengan serat melalui mekanisme substitusi nukleofilik.
Dalam pencelupannya memerlukan penambahan alkali untuk mengubah selulosa menjadi anion selulosa (sebagai nukleofil).
Semakin banyak alkali yang ditambahkan, pembentukan anion selulosanya semakin banyak, maka reaksi fiksasi semakin cepat.
Selain itu, selama proses pencelupan dapat terjadi reaksi hidrolisis sehingga zat warna menjadi rusak dan tidak bisa fiksasi/berikatan dengan serat.
Reaksi hidrolisis ini sangat dipengaruhi oleh pH, suhu dan konsentrasi air. Bila pH, suhu, dan konsentrasi air meningkat, reaksi hidrolisis akan semakin besar.
Beruntung reaksi hidrolisis ini lebih kecil dari reaksi fiksasi karena kenukleofilan OH- lebih lemah dari sel-O, namun demikian dalam proses pencelupan perlu diusahakan agar reaksi hidrolisis ini sekecil mungkin antara lain dengan cara memodifikasi skema proses pencelupan sedemikian rupa. Misalnya dengan cara menambahkan alkali secara bertahap.
Kelemahan zat warna reaktif panas selain mudah rusak terhidrolisis juga hasil celupannya kurang tahan terhadap pengerjaan asam. Sebagai contoh bila hasil celupan dilakukan proses penyempurnaan resin finish dalam suasana asam maka ketuaan warna hasil celupannya akan sedikit menurun.
Zat Warna reaktif kelompok kedua yaitu Sumifix dan Remazol merupakan jenis zat warna reaktif yang bereaksi dengan serat melalui mekanisme addisi nukleofilik.
Zat warna tersebut dijual dalam bentuk sulfatoetilsulfon yang tidak reaktif dan baru berubah menjadi vinil sulfonyang reaktif setelah ada penambahan alkali.
Berbeda dengan jenis triazin atau pirimidin, reaksi fiksasi dan hidrolisis zat warna jenis vinil sulfon bersifat dapat balik. Bila dilihat dari reaksinya maka zat warna ini cocok untuk dicelup dengan metoda pre pad alkali dan metoda all in yang pemasukan alkalinya di depan.
Kelebihan zat warna vinil sulfon adalah relatif lebih tahan alkali, tetapi kelemahannya adalah hasil celupannya mudah rusak oleh pengerjaan dalam suasana alkali, contoh bila terhadap hasil pencelupan dilakukan proses pencucian dengan sabun dalam suasana alkali dengan suhu yang terlalu panas, maka ketuaan warnanya akan sedikit turun lagi.
Adanya kekurangan dari kedua golongan zat warna reaktif tersebut, maka saat ini banyak digunakan zat warna reaktif dengan gugus fungsi ganda (bifunctional reactive dyes), seperti Sumifix Supra (MCT - Vinil sulfon (VS)) dan Drimarene Cl (trichloropirimidin/TCP - VS), sehingga zat warnanya lebih tahan hidrolisis, efisiensi fiksasinya tinggi dan hasil celupannya lebih tahan alkali dan asam.
Varian zat warna reaktif lainnya juga dibuat misalnya zat warna reaktif yang lebih tahan panas dan afinitasnya lebih besar maupun zat warna reaktif yang dapat fiksasi pada suasana netral.
Zat pembantu pencelupan selulosa dengan zat warna reaktif panas
Zat pembantu yang perlu ditambahkan pada larutan celup antara lain elektrolit, alkali dan pembasah. Selain itu dapat juga ditambahkan zat pelunak air, zat anti crease mark dan zat anti reduksi. Fungsi masing - masing zat adalah sebagai berikut :
- Elektrolit (NaCl) : untuk mendorong penyerapan zat warna
- Alkali (Na2CO3) : untuk fiksasi zat warna
- Pembasah : untuk meratakan dan mempercepat proses pembasahan kain
- Sabun : untuk proses pencucian setelah proses pencelupan guna menghilangkan zat warna reaktif yang terhidrolisis yang ada di dalam kain hasil celupan.
1 komentar:
kak, mau tanya ini klo wenter/wantek yang dijual dipasaran tu masuk kedalam pewarna yang jenis mana ya?
trs apapa saja kandungannya
Posting Komentar